Jumat, 29 April 2016

Pergi ke Dokter Gigi di Jepang (Part 2?)

Note: Postingan ini lagi-lagi saya ambil dari akun media sosial saya. Hahaha. Saya semalam (28 April) nulis ini di akun Path saya. Ini adalah cerita dari pertemuan kelima di dokter gigi. 

Dokter gigi cantik itu senyum-senyum, tetapi tiba-tiba mukanya serius. Wah ada yang nggak beres ini, batin saya.

"Jadi gini, Mbak Alifia", katanya memulai pembicaraan. Ditunjukkannya rontgent mulut yang pernah saya lakukan dulu sekali. Saya  mulai tegang.

"Gigi kamu yang tumbuh ada dua kan. Dan sama-sama posisinya nggak bagus. Meski yang kanan itu posisinya rebahan, saya masih belum terlalu khawatir, bisa kita bicarakan nanti. Nah kalau yang kiri....", tangannya menunjuk gambar gigi bungsu saya. "...saya khawatir  ini beresiko tinggi kalau dicabut. Karena posisinya dekat sekali dengan gigi di sebelahnya dan ini lho...saraf. Mau nggak mau kalau dicabut nanti bersisa. Dan itu yang bahaya. Kalau pun nggak dicabut juga bahaya".

"La...lalu baiknya gimana, Dok?" tanya saya yang sudah mencelos hatinya, badan saya secara otomatis melorot di kursi pemeriksaan.

"Kita perlu observasi yang lebih mendalam. Baru nanti bisa diputuskan sebaiknya gimana. Sayangnya di klinik ini belum ada peralatan yang canggih buat observasi kamu. Nanti saya akan rujuk kamu ke klinik di Saidaiji. Tau Saidaiji kan?". Saya mengangguk.

"Saya mau secepatnya, dokter", kata saya  memelas.

"Baik, nanti saya buatkan janji sama klinik di sana ya", katanya mulai ramah lagi.

Badan saya lemes seketika.

Buat orang yang belum pernah nambal gigi, gigi bolong, dan bermasalah sama gigi seumur hidupnya, seperti saya, ini luar biasa............bikin merindingnya.

Lalu di lab, saya bertanya pada kawan orang Jepang.

Me: "Pernah cabut gigi?"
Her: "Pernah, pernah."
Me: "Berapa ya harganya? Masih inget nggak?"
Her: "Nggak nyampe sejuta kok. Nggak semahal itu. Kamu di-cover BPJS* kan?"
Me: "Iya sih..."
Her: "Eh tapi sakit banget lho...."
Me: " ............"

*BPJS maksudnya Asuransi Negara Jepang ehehehe

Ah tauk ah. Nge-golden week sikik wae lah.

Baca juga: Pergi ke Dokter Gigi di Jepang (Part 1?)

Tidak ada komentar: