Selasa, 23 Desember 2014

Lari, kataku. Lari!

Aku tidak bilang kalau kau harus menghadapi masalahmu dan menyelesaikan semuanya.

Lari saja, kalau kau memang ingin. Jangan dihadapi, kalau kau memang sudah tidak tahan lagi. Buang semua perkataan para motivator yang mengatakan bahwa semua masalah harus dihadapi dan diselesaikan.

Mereka bukan kau. Terang saja. Mereka tidak punya masalah seperti yang kau hadapi sekarang. Huh. Berbicara memang lebih gampang!

Jadi, aku bilang. Lari saja! Lari terus! Biarkan masalahmu mengejarmu hingga lelah. Toh kalau dia sudah capek, dia akan menghilang sendiri. Lari! Jangan tengok ke belakang karena dia akan semakin mendekatimu. Lari saja terus, lihat ke depan!

Kalau kau lelah lari, cari aku di titik-titik tertentu. Aku akan membawakanmu semua hal yang kau butuhkan. Tapi kau harus selalu menepati janjimu untuk terus berlari!

Kalau kau tidak menemukanku di tempat-tempat itu, bisa jadi kau lupa.

Aku juga ikut berlari bersamamu, di sisimu. Kau ingat?

Bagaimana?
Merasa lebih baik sekarang?

ja ne...

Jumat, 19 Desember 2014

AC Memang Nggak Ada Matinya!

Tadi siang, begitu sampai di kampus sebelah buat ngajar, guweh disambut senyum staf akademik kampus tersebut yang ternyata membawa sebuah kabar yang luar biasa,

"Mbak, listriknya mati, lho hehe".

Sejuta topan badai! Bahan ngajar guweh??? Semuanya ada di laptop! Laptop guweh??? Baterainya kejang-kejang! Ini guweh ngapain di depan kelas nanti? Ngelawak??

Tapi ternyata, itu masih belum seberapa. Guweh tetep ngajar, tanpa bahan dan power point. Guweh akhirnya ngajar dengan cara manula eh manual: ngomong sama whiteboard. Untuk yang satu itu, alhamdulillah lancar jaya.

Sampai akhirnya......

Guweh belum cerita ya kalau mahasiswa guweh sekelas ada ENAM PULUH DUA. Yes, eloh nggak salah baca. ENAM PULUH DUA. Dan tahu kan siang ini Jogja panasnya kayak gimana? YES. Itu masalahnya.

Enam puluh tiga orang di dalam satu ruangan. Dan listrik mati. Bisa dibayangkan panasnya?

Terpanggang!

Kipas ala princess yang guweh bawa nggak ngaruh. Karena guweh harus banyak omong di kelas, jelasin materi yang belum dibahas sebelumnya, bukan kipas-kipas -_-".

Sampai akhirnya, guweh lihat mahasiswa guweh sudah dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Nggak tega guweh lihatnya. Akhirnya, kelas yang harusnya selesai jam tiga, guweh bubarin jam dua lebih dikit. Itu pun guweh langsung kabur ke ruang transit dosen. Sekalian nunggu kelas berikutnya di ruangan yang sama. *guweh bergidik begitu inget masih ada satu kelas lagi, moga moga listrik sudah hidup*

Guweh harus pergi dari ruangan itu secepatnya kalau nggak mau bikin make up guweh makin luntur karena keringetan!

Akhirnya, guweh temuin tu staf akademik. Curhat ngalor ngidul tentang penderitaan guweh di ruangan tadi. And.. you know what, bapak itu bilang apa?

"KAN YANG MATI LCD SAMA LISTRIKNYA, MBAK. KALAU AC-NYA YA HIDUP. HAHAHAHAHAHA"

Gulo jowo!!!
Angin Cendela yo ndak ada matinya, Pak!


ja ne...

Selasa, 16 Desember 2014

Everyone You Meet has Something to Teach You

Secara resmi, aku baru mengenalnya sekitar empat bulan yang lalu. Dia adalah laki-laki tinggi besar, berkacamata, dan murah senyum. Pembawaannya halus tapi kalau tertawa cetaaaar membahana. Hahaha. Usianya sebulan lebih tua dariku, tetapi aku bersikeras kalau usia kami terpaut satu tahun (yang tentu saja langsung diprotes sama dia haha). Meski kami baru saling mengenal dalam hitungan bulan, aku langsung tahu, kalau dia adalah orang baik. Orang yang sangat-sangat baik. Dan aku percaya, orang baik akan membuat orang di sekililingnya melakukan apapun demi membuatnya bahagia.

Percaya saja, deh :')

Well, semua dimulai hari Sabtu (13/12) lalu ketika aku dan beberapa kawan S2-ku, Tya (anggap saja kalau ada Tya, ada Bang Shiddiq, biar gampang haha), Shinta, dan Kak Devi merencanakan sesuatu, membuat kejutan ulang tahun untuk kawan kami yang sangat baik sekaligus menduduki jabatan penting di kelas kami, KETUA KELAS (harus ditulis dengan huruf kapital dan dicetak tebal, haha). Namanya Patria Handung Jaya. Biasa dipanggil Handung yang sebenarnya sudah ulang tahun tanggal 12 Desember kemarin. Tetapi, kami sengaja memberinya kejutan.

Karena dia adalah orang yang sangat, sangat, sangat baik.

Mungkin bisa lebih dari itu ya.

Intinya, we want to make him happy!

Lanjut :D

Setelah Shinta mengeluarkan jurus aktingnya yang warbiyasak, Handung akhirnya mau dibujuk dan dirayu untuk ikut karaokean (padahal dia awalnya di kampus mau ngerjain tugas) plus bujukan pasangan --meminjam istilah Handung-- dunia akherat Bang Shiddiq dan Tya. Rencana nyaris bubrah (kata Kak Devi) waktu Handung nanyain Kak Devi mau ikut atau enggak. Hahaha. Rencananya, orang yang akan ikut ke karaokean cuma Handung, Bang Shiddiq, Tya, dan Shinta. Aku dan Kak Devi nyusul karena kami kebagian beli kue tart-nya.

Dan ternyata, di luar rencana, Yusri 'Dyen' juga ikut.

Yoh malahane. Handung nggak akan curiga karena "cuma berempat kok pesen ruangan medium". Hahaha. Aslinya, dia juga agak merasa janggal karena aku nggak ikut. Katanya,

"Kalau ada yang bilang karaoke, pasti Fia langsung nongol"

Hahahaha.

Nah, balik ke aku dan Kak Devi. Aku dateng ke kampus pas jam satu siang, dengan asumsi mereka pasti nelat -_-. Ternyata aku salah, karena jam satu mereka ternyata sudah berangkat. Agak panik kan, akhirnya aku dan Kak Devi hujan-hujanan nggak pakai jas hujan, boncengan beli tar di toko kue paling muahal sejagat Jogja di daerah Jakal, dengan asumsi tempat itu searah dengan tempat karaokean.

Ternyata kue tar di sana lagi nggak ready.

Makin panik, akhirnya kami ke selatan, di tempat biasa ibuku beli kue. Alhamdulillah, Tuhan masih mendukung rencana kami. Kami dapet kue yang lumayan besar.

Nah, tapi, masalah muncul lagi.

Kami bakal ke karaoke, suatu tempat yang melarang keras pengunjungnya bawa makanan dari luar. Tapi aku bersikeras bahwa karaokean itu nggak seketat tempat karaoke lain dalam memeriksa barang bawaan pengunjungnya. Lagian, kue tar-nya dibungkus sedemikian rupa sehingga nggak kelihatan kayak kue, malah kayak hadiah biasa.

Nanti kalau diperiksa, tinggal ngeles, "Ini hadiah, Om. Cuman kreseknya aja yang tulisannya toko roti". Hahaha

Pokoknya, yang ada di dalam pikiranku, rencana ini harus berhasil, apapun yang terjadi. Hahahaha.

Aku dan Kak Devi langsung meluncur ke tempat karaoke yang dimaksud. Agak panik lagi ternyata ada security-nya. Tapi untung, allahuakbar! Ketemu adek kelas di lobi dan kami saling sapa dan kami berbasa-basi. Sambil berbasa-basi, aku dan Kak Devi ngibrit ke lift.

Aman.

Sampai di lantai tiga, yang biasanya nggak terlalu banyak karyawan yang nongol, ternyata aku salah. Kami dicegat salah satu stafnya dan menanyai kami ruangan yang hendak kami masuki.

Ternyata cuma nanya ruangan toh.

Nah, masalahnya, kami nggak mungkin kan ngeluarin kue di depan si masnya. Untungnya Kak Devi tiba-tiba bilang mau ke toilet. Selamat lagiiiiii........

Di toilet aku nyiapin segala sesuatunya, dan pas di depan ruangannya kami baru nyalain lilin. Salahnya, kami adalah............... kami nggak ngasih tahu Tya atau Bang Shiddiq atau Shinta kalau kami mau masuk. Alhasiiiiil..... Begitu kami masuk dan nyanyiin lagu Happy Birthday, nggak cuman Handung yang terkejut....

Shinta kaget.
Bang Shiddiq ikutan kaget.
Tya yang paling kaget.
Yusri? Mmmm........

Oke. Lanjut.

Intinya, kami berenam berhasil bikin kejutaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan buat Handung!

"Tahan, Ndung... Tahan.... Tahan....."

Happy birthday, ketua kelas kami yang kece dan baik hati! Semoga usia 24-mu menjadi semakin barokah. Semoga studi, karir, dan jodoh lancar dan dimudahkan. Semangat buat UAS-nya!

Tenang, bulan depan, usia 24-mu akan kususul. Hahahahaha.

Akhir kata, aku percaya bahwa everyone you meet has something to teach you. Yes, Handung did it. Aku belajar dari dia bagaimana tulus dalam berkawan, helpful, dan peduli dengan sekitar. Semoga kamu selalu membuat orang-orang di sekitarmu bahagia dan tersenyum ya, Ndung. Dan kami juga akan melakukan hal yang sama untukmu :').

ja ne...

Minggu, 07 September 2014

Catatan Maba S2.

Terhitung sejak Agustus kemarin, saya resmi kuliah lagi di..... UGM. Cinta mati saya sama kampus ini, jadi nggak mau pindah-pindah. Hahaha. Saya ambil Jurusan Linguistik. Tahu linguistik? Linguistik itu gampangnya adalah ilmu yang mempelajari bahasa. Bahasa yang bagaimana? Istilah kerennya: fonologi-fonetik, morfologi, sintaksis, semantik, sosiolinguistik, pragmatik, dan lain-lain. Mumet? Intinya belajar bunyi, pelafalan, unsur kata, gabungan kata, teks, hubungannya dengan sosial/ budaya/ masyarakat/ sejarah, yah macem-macemlah. Kelihatan njelimet? Yah, njelimetnya buat kalian aja. Saya ndak mau ambil pusing, hahaha.

Banyak teman saya yang kaget kalau saya ambil jurusan ini di S2. Karena bagi kami, linguistik itu macam ilmu eksak: momok dan katanya 'kelihatan sulit'. Apalagi buat saya yang basic-nya bukan linguistik, tapi budaya --budaya populer--. Tentu saja ini tantangan berat buat saya. 99% teman sekelas saya di Linguistik sudah paham betul bidang yang mereka geluti. Ada kalanya saya takut ketinggalan, tercecer bak butiran debu. Jadilah sekarang saya sedang berusaha berlari, mengejar ketertinggalan. Jalan satu-satunya ya dengan bercinta. Bercinta dengan buku-buku linguistik. Huahahahahahaha. Tapi alhamdulillah banget, saya betul-betul menikmati kesibukan saya yang baru ini, terlebih karena dosennya asik-asik dan mata kuliahnya menarik semua >_<.

Jujur saja, saya masih sulit melepas imej 'mahasiswa S1' saya yang cengengesan, ndak jelas, ndak serius, santai tingkat super. Ada rasa enggan yang begitu tinggi. Sebenarnya, saya juga masih agak kesulitan bergabung dengan kawan-kawan sekelas saya, meski sebenernya kalau sama mereka ya, gila saya bisa kumat (karena mereka sama-sama gejenya dan sama-sama nyantainya). Tapi mungkin ini karena masih awal. Masih perlu beradaptasi. Dibawa santai saja kali ya. Hahaha.

Dan yes, karena kali ini saya kuliah pakai biaya sendiri, dan inilah saatnya buat saya harus membanting tulang untuk bisa membiayai sekolah saya. Kalau di S1 dulu saya kerja cuma buat hore-hore dan jajan, saatnya makin serius bekerja dan banyak terima tawaran job. Hahahahaha.

ja ne...

Kamis, 07 Agustus 2014

Akhirnya Ikut Reunian SD Juga

Kenapa akhir-akhir ini aku selalu wagu ya kalo bikin judul? Ah, biarinlah. Mungkin aku lagi blunder.

Ya, di tengah ke-blunder-anku, aku dapat kabar kalau teman-teman SD-ku di SD Muhammadiyah Karangkajen I mau mengadakan pertemuan. Hasek. Pertemuan. Hahaha. Awalnya, males-malesan ikut karena masalah klasik --gak ada barengannya--. Tapi secara mengejutkan, si Muthia, sahabatku kental sejak SD itu menelponku ngajakin aku barengan. Yes, yes, yes!! Iya, mumpung si bu dokter cantek itu masih di Jogja. Hahahaha

Lalu, kami semua bertemu di Sugara Milk. Tempat nyusu (?) asik di daerah Wirosaban. Aku dan Muthia sempet bingung-bingung, muter-muter gak jelas karena tempatnya gelap. Hahaha. Tapi untungnya ketemu. Sempet takut-takut juga kalau teman-teman SD-ku itu nggak ingat sama aku. Ya wajar sih ya, udah lama banget nggak ketemu. Hahaha

Dan ini dia oleh-olehnya:


Sama Muthia, bu dokter cantek :3

Ada Affat! :D

Oh, kami ketamuan seseorang yang istimewa! Jauh-jauh datang dari negeri Sakura buat ikutan ini, Affat yang dapat kerjaan di perusahaan game di Jepang (Sasugaaaa!). Eh nggak ding, dia emang lagi di Jogja ajah buat liburan lebaran! Hahaha. Sik yo, Fat. Bentar lagi tak susul ke sana, wis! Amiiiin.

ja ne...

Rabu, 23 Juli 2014

Untuk Teman-Teman Perempuanku: Kalau Nemu yang Seperti Ini, Lawan Saja!

Hari ini aku sebal bukan main. Sebal pada sekumpulan laki-laki tak tahu diri yang melecehkan perempuan di bulan Ramadan ini. Aku tidak main-main. Pelecehan. Perempuan.

Di belakang rumahku, sedang dibangun asrama putri tiga lantai milik pondok pesantren tetangga. Yang lantai satu sudah selesai sejak beberapa tahun lalu dan sudah ditinggali. Sekarang, pihak pondok pesantren sedang membangun asrama putri lantai dua dan tiga --sepertinya karena jumlah santri yang terus-terusan bertambah tiap tahunnya--.

Pengerjaannya dimulai sejak dua bulan terakhir. Sebagai tetangga, aku mulai terbiasa dengan suara alat-alat pertukangan yang lumayan keras di telinga. Ya wajar saja, namanya juga baru bangun asrama. Tulisan spanduk 'Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini' yang dibuat oleh pengasuh pondok pesantren, bertengger di sana sini. Aku sangat mengapresiasi. Terlebih karena aku dan keluargaku memang tidak ada masalah dengan para pengasuh ponpes itu. Catet. Tidak ada masalah. Mereka semua orang baik. Santun, berbudi, berpendidikan, dan beragama. Tak ada masalah sama sekali.

Hingga siang tadi, kenyamananku diganggu oleh para pekerja bangunan itu. Yang membuatku sangat marah, malu, dan luar biasa tersinggung. Sudah jadi hal yang biasa kalau dalam pengerjaan suatu bangunan, para pekerja itu beristirahat ketika Duhur tiba. Sama halnya dengan mereka. Aku nyaman-nyaman saja gulang guling di rumah, mainan laptop dan ngutak atik ponsel pintarku. Dan sering juga dari dalam rumah aku mendengar mereka ngobrol, bercanda, atau berdendang. Biasalah.

Sampai akhirnya, aku kaget bukan kepalang dengan ulah para pekerja bangunan itu. Mereka mulai bernyanyi dengan lirik yang tidak senonoh, luar biasa cabul, dan di dalamnya menyebut *maaf* alat kelamin laki-laki dalam bahasa Jawa.

Jelas sekali. Pelecehan.

Mereka tahu kalau lantai satu asrama itu digunakan oleh santri-santri putri. Mereka tahu bahwa sebagian dari santri itu pasti mendengar mereka bernyanyi. Mereka tahu. Dan mereka menggunakan nyanyian itu untuk --entahlah-- mengambil daya tarik (apanya? Nggilani begitu!) atau cari perhatian dengan cara yang sangat tidak intelek. *ketika ngetik ini, aku kembali ingat lirik cabul itu dan aku nyaris muntah-muntah*. Dan mereka melakukan itu di lingkungan pondok pesantren! Di bulan puasa pula!

Gila, gila, gila!!!

Sekali lagi, ini pelecehan!

Detik itu juga, aku langsung memberi tahu pihak pondok pesantren. Nyai yang mengelola asrama itu adalah orang baik. Beliau selalu mau mendengar masukan dari para tetangganya. Nggak heran, karena Beliau juga pernah menjadi politikus dan sangat vokal memperjuangkan hak-hak perempuan. Well, lucky me!

Kembali lagi ke masalah pelecehan seksual.

Pelecehan tidak hanya identik dengan pelecehan fisik, macam pemerkosaan, kawan-kawanku yang baik. Pelecehan juga ada yang bentuknya verbal. Seperti yang dilakukan oleh para pekerja bangunan itu. Ada lagi yang sebenarnya juga masuk ke dalam kategori pelecehan verbal, tapi sayangnya banyak dari kita, para perempuan, yang tidak sadar dengan hal itu. Macam begini:

"Suit... Suit...."
"Eh, ada cewek cantik nan seksi lewat..."
"Assalamualaikum, ukhti....."
"Hai, sayang, I love you, muah..."
dan masih banyak lagi, masih banyak lagi.

Kita, para perempuan, pasti pernah diperlakukan seperti itu oleh laki-laki asing di suatu tempat. Sebelum aku tahu kalau itu termasuk ke dalam pelecehan seksual, biasanya aku cuma diam, memberi pandangan tak suka, lalu berlalu.

Ternyata aku salah.

Hal yang seperti itu, harus dilawan! Kita harus berani melawan. Jangan mau direndahkan seperti itu. Diam ternyata bukan pertanda baik. Kalau kita bicara, mereka akan tahu apa yang kita pikirkan dan kita rasakan. Biarkan saja mereka kaget, syok dengan 'tegasnya' kita. Biar saja. Supaya mereka tahu kalau perempuan itu tidak boleh diperlakukan seperti itu.

Jadi, kawan-kawanku sesama perempuan, kalau nemu yang seperti ini, lawan saja!

UPDATE 24/07:
Kata Sarah, lebih baik para perempuan dibekali ilmu bela diri. Ya, setuju. Buat jaga-jaga kalau-kalau ada apa-apa. Lalu, dia mulai blunder seperti biasa: sekalian dibekali ilmu tenaga dalam, katanya. Baiklah.

Mungkin yang dia maksud, seperti ini:

Ini adalah ilmu tenaga dalam terdahsyat yang pernah kukenal: Kungfu Peremuk Tulang
 *nah kan makin ngaco. Sudah, ah*

ja ne...

Kamis, 17 Juli 2014

The Confusing Teens

Hai, apa kabar?
Lama tak jumpa ya. Akhir-akhir ini, saya malas ke warnet karena warnet langganan saya selalu penuh di siang hari. Sedangkan, sejak bulan puasa ini, saya selalu bangun siang. Walhasil, koleksi Running Man saya masih mentok di episode-episode yang itu-itu saja. Tapi untungnya beberapa waktu yang lalu, kawan saya membawa kabar gembira pada saya (please, please, please jangan dikait-kaitkan dengan 'manggis'), kalau dia membawakan file penuh berisi serial 'Hormones: The Confusing Teens'. Saya yakin, kalian sudah kenal sama serial Thailand ini dari Kompas TV karena serial ini pernah diputar di sana beberapa waktu yang lalu.

Ki-ka: Tar, Phoo, Dow, Toei, Win, Kwan, Sprite, Mhog, dan Phai 
Serial ini adalah serial dengan tokoh utama yang banyak sekali, 9 orang. Setiap episode, serial ini punya tokoh utama sendiri, tapi tokoh-tokoh yang lain juga dimunculkan, meski porsinya nggak banyak. Menceritakan kehidupan remaja Thailand yang benar-benar njelimet dan memusingkan (mangkanya judulnya 'The Confusing Teens'!). Mulai kehidupan sekolah, percintaan, masalah keluarga, cita-cita, dan pergaulan. Yang saya sukai di serial ini adalah tidak ada tokoh yang benar-benar suci dan jahat. Semuanya abu-abu. Mereka bersembilan ini masing-masing punya masalah sendiri-sendiri, punya --meminjam istilah anak kekinian-- kegalauan sendiri-sendiri. Namanya juga anak remaja. Darah muda, kalau kata Bang Haji Rhoma Irama.

Sebenarnya saya nggak berhak menilai apakah serial ini benar-benar menunjukkan keterwakilan anak muda Thailand saat ini. Karena saya nggak ngerti apa-apa soal Thailand, kecuali buahnya yang enak-enak dan tempatnya yang asik-asik.Tapi secara umum, serial ini menunjukkan bahwa dinamika remaja ya bisa jadi memang seperti itu adanya, meski menurut saya 'Hormones The Series' ini menggambarkannya terlalu gamblang dan detil (hahaha). Hang out sama temen, nggosip, ngecengin gebetan, ngelabrak-ngelabrak, berontak sama ortu dan guru, nyoba-nyoba ngerokok atau seks bebas, dan masih banyak lagi. Mungkin, bisa jadi, kreator Hormones The Series ini ingin menghidupkan anak muda Thailand melalui serial ini, melalui wajah-wajah macam Win, Kwan, Sprite, Phai, Mhog, Tar, Phoo, Dow, dan Toei. Meski --sekali lagi-- saya nggak bisa menilai tentang keterwakilan anak muda Thailand di serial ini, tapi bisa dilihat dari sambutan penonton Thailand yang sangat luar biasa. Penggemarnya banyak sekali. Dan kalau itu dijadikan tolok ukur keterwakilan anak muda, ya bisa jadi. Bisa jadi. Ya, bisa jadi.

Banyak pesan yang bisa dipetik dari serial ini. Bahwa lingkungan, terutama keluarga, punya peranan yang sangat vital terhadap perkembangan karakter remaja. Pergaulan juga memberikan andil besar terhadap masa depan remaja; salah gaul bisa hancur masa depan kita. Serial ini juga memperlihatkan bahwa remaja sebenarnya sangat kritis terhadap persoalan sekelilingnya, tapi mereka tidak punya wadah untuk mengeluarkan uneg-unegnya karena orang dewasa terus-terusan memerintah mereka untuk menjadi anak baik, pintar, dan sebagainya tanpa memikirkan apa yang diinginkan dan dirasakan para remaja tersebut. Melalui Hormones The Series ini, sang kreator rupanya ingin menyampaikan bahwa remaja seharusnya dibimbing, diarahkan, bukan hanya diperintah tanpa tahu mengapa mereka harus melakukan itu.

Bisa jadi sebenarnya di Thailand --tidak, tidak, mungkin juga di seluruh dunia-- ada anak macam Win yang populer (dan sadar kalau dia populer), tapi sebenarnya dipenuhi keraguan, rasa bersalah, dan masih bingung menentukan arah hidupnya (tsaah), jadinya menclok sana, menclok sini; atau Kwan, si gadis sempurna yang sebenarnya melakukan hal-hal baik karena 'tuntutan peran' dan merasa tertekan dengan label 'sempurna' yang dilekatkan padanya; atau Mhog, fotografer yang pendiam (dan terlalu pendiam) dan punya dunia sendiri yang sulit dimasuki orang lain; atau Phai, si tukang tawuran, dicap anak bandel dan pembawa masalah, tapi sebenarnya dia sangat setia kawan dan tulus dalam berkawan; atau Sprite, yang terlanjur dicap slut (duh) oleh teman-temannya, tapi sebenarnya dia adalah gadis baik yang kesepian; atau Toei, gadis super cantik yang pinter bergaul dan super ceria (tapi tukang PHP. Haha), lalu hanya karena teman cowoknya banyak dan dia sangat cantik, terus jadi bulan-bulanan teman-teman ceweknya yang tidak menyukainya; atau Tar, si tukang telat yang kadang keberadaannya antara ada dan tiada (maksudnya, banyak yang nggak ngeh siapa dia), tapi akhirnya dia jadi gitaris band sekolahnya yang terkenal; atau Phoo, pemain marching band sekolah, super tampan, digandrungi para gadis di sekolah, tapi siapa sangka dia sendiri bingung dengan orientasi seksualnya; atau Dow, si polos, blogger yang terkenal di sekolahnya, ceria, labil, dan heboh, tapi cara pakai sendok garpu saja masih didikte orang tuanya.  

Ya itulah Hormones The Series alias Hormones: The Confusing Teens dengan jalan cerita yang sebenarnya sederhana, mengambil sasaran kehidupan remaja yang penuh lika-liku. Hahahaha. Dengan penyampaian cerita yang luar biasa, nggak heran kalau serial ini dijadikan panutan oleh remaja, para orang tua yang punya anak remaja, dan guru-guru sekolah karena memberi banyak pelajaran berharga.

Penasaran? Sila ditonton. Season 2-nya sudah mengudara di Thailand sejak 12 Juli kemarin. Hahahaha

ja ne...

Kamis, 03 Juli 2014

Cabe-cabean = Semacam Cabe (?) (Habis Diupdate!)

Halo, Mblo. Piye malam minggumu? Isih penak jamanku to?
Oke. Kali ini guweh akan bercerita tentang pekerjaan baru guweh. Terhitung sejak Maret tahun ini, guweh dimintai bantuan untuk mengajar kelas bahasa Indonesia di sebuah universitas swasta di Jogja. Ya. Asisten dosen bahasa Indonesia, lebih tepatnya. Dan menurut guweh, pekerjaan ini cocok banget buat guweh. Iyalah, jelas. Guweh adalah lulusan jurusan.... Sastra Jepang! Ha-ha-ha. Guweh sadar sesadar-sadarnya dalam menerima pekerjaan ini. Sadar karena kemampuan bahasa Jepang guweh masih terbatas "Haik! Isaku iki sakukurata shinji kagawa nobita doraemon suneo shizuka shinchan sayonara aishiteru kokorono tomo!". Dan karena pengalaman guweh yang hobinya nyalah-nyalahin bahasa Indonesia di skripsi atau tesis atau disertasi orang (baca: proofreader. Apa itu proofreader? Googling sono! Usaha dikit dong. Haha), guweh akhirnya direkomendasikan buat jadi asisten dosen bahasa Indonesia *kibas-kibas rambut* *nyebar ketombe*.

Di kampus itu, guweh ngajar dua kali seminggu: Senin dan Rabu. Menariknya, kelas yang guweh ampu adalah kelas khususon karyawan. Tahu kan maksudnya? Iya, kelas malam. Jadi guweh kalau ngajar mepet-mepet magrib gitu. Dan 98% mahasiswa guweh usianya jauh di atas guweh. Lumayanlah, guweh jadi kelihatan muda di sana *kibas-kibas jenggot*. Nah, karena guweh newbie di bidang ngajar-ngajar bahasa Indonesia, guweh berusaha semaksimal mungkin mengeluarkan aura kecantikan, kesopanan, kebaikan, kesantunan, dan keimutan guweh, di samping guweh juga harus bikinmateribikinlatihanbikinpowerpointbikinmibikintelordanlamalamabikinemosiorang.

Kelas guweh nyante, Mblo! Serius! Guweh nggak memberlakukan batasan waktu keterlambatan karena guweh juga sering telat karena guweh tahu semua mahasiswa guweh sudah bekerja dan mungkin untuk izin kuliah sama atasannya kurang fleksibel. Jadi, guweh mengizinkan mahasiswa guweh datang lima menit sebelum kuliah diakhiri atau bahkan ketika guweh bilang "Yak, kuliah hari ini saya akhiri" ada mahasiwa yang dengan gaya unyu dan innocent baru masuk ke kelas guweh, tetep guweh persilakan do'i untuk tanda tangan presensi.

Enak, kan? Makanya, rekomendasikan guweh sebagai calon dosen di kampus kamu.

Oke, kebaikan guweh nggak berhenti sampai situ. Nggak ada batasan waktu telat? Ah, kurang! Guweh tambahin deh, ya: kuliah baru guweh mulai 15 menit dari jadwal yang seharusnya! Gila! Kurang baik apa guweh! Iya, sih itu juga karena belum ada mahasiswa yang dateng. Ihiks. *nangis di pojokan* *dipukpuk Cristiano Ronaldo*

Hmmm batasan waktu telat nggak ada dan mulai perkuliahannya agak mundur dari jadwal yang seharusnya? Tenang, Mblo. Tenang! Itu masih belum seberapa! Khusus semester ini, guweh kasih promo spesial! UTS mata kuliah guweh...... OPEN BOOK! Mana ada di jagat raya ini dan di Indonesia Raya Merdeka-Merdeka ini ada dosen atau guru bahasa Indonesia yang ngasih ujian tengah semesternya boleh buka buku? Boleh percaya boleh tidak! Makanya, pesan sekarang! Dengan cicilan bunga 0%, Senin harga naik!

Nah, tanpa bermaksud membeda-bedakan antara kelas di hari Senin dan Rabu, guweh ngerasa enjoy kalau ngajar hari Rabu karena mahasiswanya sedikit, nggak sebanyak hari Senin yang nyampe ratusan (serius! Itu kelas bukan tipe tempat duduk bioskop yang berundak-undak (?), tapi memanjaaaaaaaaang ke belakaaaaaang kayak kereta api. Untung di kelas hari Senin itu ada microphone. Apesnya kalau microphone-nya mati, guweh harus teriak-teriak di kelas kayak orang yang habis kehilangan jemuran). Biasanya ke-absurd-an guweh dimulai di kelas hari Rabu ini. Dan bak gayung bersambut, mahasiswa guweh jadi ikut-ikutan absurd. Mahasiswa absurd, asisten dosen absurd. Macam yang kayak gini:

Guweh baru aja ngasih latihan tentang EYD dan waktu pembahasan, entah siapa yang mulai, ada banyak bisikan tentang kata 'gandum-ganduman' yang guweh tulis di power point. Ada yang ngetawain kata itu, ada yang malah jadi galau, dan ada juga yang terbengong-bengong. Sampai akhirnya, ada mahasiswa yang tanya ke guweh:

Mahasiswa A: "Mbak, gandum-ganduman itu apa sih?"
Aku: "Hmmm... Mungkin semacam atau yang sejenis gandum ya"
Mahasiswa satu kelas: *kompak* "Ooooh....."
Mahasiswa B: "Nah, kalau cabe-cabean, Mbak?"

Hmmppffft. Guweh udah menduga akan ada pertanyaan semacam ini. Sekelas tertawa.

Aku: "Kalau pakai analogi saya tadi, cabe-cabean berarti......"
Mahasiswa satu kelas: *kompak* "SEJENIS CABE!!!"

Sekelas tertawa lagi.

Aku: "Nah, itu pinter. Kalau terong-terongan?"
Mahasiswa satu kelas: *kompak* "SEJENIS TERONG!!!"
Aku: "Bagus, kalian lulus mata kuliah saya! Hahaha"

Di sini guweh nggak nyesatin mereka, kan? Guweh bener, kan? Sekarang kalau pakai analogi bahwa gandum-ganduman adalah semacam atau jenis-jenis gandum, berarti cabe-cabean juga bisa didefinisikan sebagai semacam/ sejenis/ macam-macam cabe, kan? Begitu pula sama terong-terongan.
Ini yang setres antara mahasiswanya atau asisten dosennya atau malah dua-duanya. Hahahaha. Betewe, guweh tau kok maknanya 'cabe-cabean' dan 'terong-terongan'. Semacam atau sejenis cabe dan terong, kan?
HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA.

ja ne...

Selasa, 20 Mei 2014

Brunei yang (Mungkin) Belum Kalian Tahu

Dari beberapa tempat yang pernah kudatangi, aku bisa bilang kalau yang paling berkesan buatku adalah.....

Brunei Darussalam.

Serius.

Dan hari ini aku baru sadar kalau informasi yang kita punya tentang negeri kerajaan nan asik makmur dan kaya bianget itu..... sangat-sangat minim. Padahal, mereka itu tetangga kita ya. Berbatasan darat pula (hmm... Papua Nugini juga sih). Dan karena saking minimnya informasi itu, Brunei menjadi negara yang sangat menarik buatku dan akhirnya, aku diberi kesempatan bertandang ke sana tahun lalu.

Dan itu bikin aku ketagihan (?). Aku musti balik lagi ke sana pokoknya. Hahahaha. 

Nah, sekarang, aku mau berbagi kisah fakta (?) tentang negara yang kujuluki 'negeri dongeng' itu. Awalnya mau nulis ini di status, tapi bakal panjang kayaknya. Jadi aku nulis di sini aja ah. Hahaha.

Fakta pertama.
Ibu kota. Ibu kotanya adalah Bandar Seri Begawan.

Fakta kedua.
Luas negara. Luas negara Brunei 'cuma' 5.675 kilometer persegi (beda dikit lah sama Singgapur yang luasnya 710 kilometer persegi). Oh, jebulnya (?) lebih besar Brunei. Hahahahaha. Kemarin aku bilang sama temenku kalau lebih besar Singgapur, ternyata aku salah. Hahahahaha.

Fakta ketiga. 
Jumlah penduduk. Bandingkan ya dengan Singgapur yang luas negaranya segitu dan populasinya 5 juta-an. Lha, Brunei? Dengan negara seluas itu, penduduknya 'cuma'  406.200 orang (2009). Nggak heran kalau negara ini sepiiiiiiiiiiiiiiiiii-iiiiiiiiiiiii *lantunkan ala Iyeth Bustami*. Etnis mayoritas adalah Melayu, disusul oleh Chinese, dan lain-lain. Mayoritas penduduknya beragama Islam.

Fakta keempat.
Bahasa. Bahasa resmi mereka adalah bahasa Melayu dan Inggris. Untuk percakapan sehari-hari, mereka menggunakan bahasa Melayu, tapi kalau sudah berhubungan dengan forum resmi, penulisan dokumen, dan lain-lain, mereka biasanya pakai bahasa Inggris. Oh ya betewe, bahasa Melayu mereka sikit berbeza dengan bahasa Melayu Malaysia.

Fakta kelima.
Transportasi umum. Yang suka travelling pasti tahu betapa pentingnya transportasi umum. Entah itu bis, taksi, kereta, ojek, becak, andong, tuk tuk, oplet, bajaj, dsb. Karena ada kalanya kita ndak mungkin to ya rental kendaraan pribadi. Tapi, pernah ngebayangin nggak kalau seandainya tempat yang kalian datangi itu, entah kota atau desa atau negara sekalipun, cari transportasi umumnya susahnya naudzubillah? Nah, ini dia yang kualami waktu di Brunei. Bisa bayangin kalau satu negara (catet. SATU NEGARA) itu armada taksinya berjumlah..................... tiga puluh satu unit! Ya, 31!  Yang mana kalau mau pesen taksi itu harus jauh-jauh hari sebelumnya dan katanya luar biasa muahal. Belum lagi bisnya katanya baru dateng dua jam sekali. Beruntung aku punya teman-teman yang luar biasa baik di sana, jadi ngandelin antar jemputnya mereka. Hohohohohoho. 

Fakta keenam.
Mobil. Masih ada hubungannya dengan fakta kelima ya, masalah transportasi. Orang Brunei identik dengan mobil karena hampir semuaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa masyarakat Brunei punya mobil. Mirip dengan orang Jogja yang mayoritas punya motor. Nggak heran kalau transportasi umumnya sedikit. Lha wong mereka punya mobil. 

Fakta ketujuh.
Mall. Ciri-ciri (sebagian) orang Endonesa raya merdeka-merdeka, kalau pergi ke suatu tempat, pasti suka belanja. Ya to? To ya? Jangan dikira Brunei nggak punya mall. Oh, punya. Mall-nya ada........ tiga: The Mall (ada bioskopnya), Yayasan (Ya. Namanya Yayasan. Serius. Yayasan), dan satu lagi aku lupa namanya (kalau ada yang tahu bisa kasih tahu aku ya). Di ketiga mall itulah katanya muda-mudi Brunei yang gahol hang out sama temen-temennya.

Fakta kedelapan.
Mata uang. Mata uang Brunei adalah Dolar Brunei. Tapi orang sana nyebutnya ringgit. Mungkin ada pengaruh Malaysia-Malaysianya gitu ya. Dan lucunya, Dolar Singgapur laku di sana (Dolar Brunei, nilainya setara dengan Dolar Singgapur). 

Fakta kesembilan.
Sultan Brunei. Haha, harusnya ini ditaruh di awal. Tapi nggak papa. Sultan Brunei bernama lengkap Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah ibni Al-Marhum Sultan Haji Omar Ali Saifuddien Sa'adul Khairi Waddien. Panjang ya. Orang Brunei katanya harus hapal nama Beliau. Hehe. Sultan Hassanal Bolkiah adalah sultan yang super ultra wonderful delicious dicintai oleh rakyatnya. Yang aku kagumi adalah rakyatnya begitu *apa ya istilahnya* loyal kepada Beliau. Beliau ini naik tahta tahun 1967, waktu usianya masih 22 tahun. 
Ngomongin soal istananya, berbeda dengan Kraton Jogja yang bisa dikunjungi, istana Sultan ndak bisa dikunjungi. Tertutup. Cuma dibuka waktu lebaran, katanya.  

Fakta kesepuluh.
Indonesia. *Lah, Fi, bukannya kita ngomongin Brunei?*. Iya, aku tahu. Tapi ada hubungannya juga sama Indonesia. Sebagai orang Indonesia, bangga sekalilah aku ketika di sana. Bangga bahwa kita bisa mengekspor........ sinetron, film, dan musik. Hahahaha. Serius. Mereka juga nonton sinetron Indonesia ('Cinta Fitri' adalah favorit mereka. Hehehe), nonton film Indonesia, dan musik Indonesia. Waktu aku ke sana, Cakra Khan dengan 'Harus Terpisah'-nya lagi ngehits, booo'. Nggak heran juga ya kalau di lobi hotel disetelnya lagu-lagu Wali. Memang luar biasa sekali ya rumpun Melayu ini. Hahaha

Fakta kesebelas.
Film lokal. Brunei sudah memproduksi dua film lokal lho. Yang pertama berjudul 'Ada Apa dengan Rina' (2013). Ini mengingatkanku dengan film Indonesia 'Ada Apa dengan Cinta'. Hahaha. Aku bilang sama temanku orang Brunei kalau di Indonesia ada film yang judulnya hampir mirip. Dan jebulnya (?) mereka tau. Hohohoho. 
Film kedua baru rilis tahun ini. Film action tentang Pencak Silat. Judulnya 'Yasmine'. Yang main? Agus Kuncoro dan Reza Rahadian (kyaaa kyaa kyaaaaa!). Lihat teaser-nya di sini kalau penasaran. Teaser-nya bikin penasaran. Ketoke apik. Hahahahahaha.

Fakta kedua belas.
Kampong Ayer. Buka-buka arsip, rupanya aku pernah menulis tentang itu di sini. Sebagai gambaran aja, Kampong Ayer adalah pemukiman 'terapung' di atas sungai. Jangan dibayangkan kalau daerah ini adalah pemukiman kumuh. No no no. Big NO! Ini adalah pemukiman mewah. Segala fasilitas semuanya lengkap di sana. Ada sekolah, klinik, kantor pemadam kebakaran, pom bensin, kantor polisi. Semuanya lengkap. Dan sebagian besar terapung (maksudnya dibangun di atas air gitu loh). Transportasi andalan warga di sana adalah speedboat dan taksi-perahu. Dan nggak jauh dari sana ada batu luar biasa besar yang disebut 'Nahkida Manis'. Cerita-cerita folklor banyak di sana. Pokoknya kalau penasaran seperti apa Kampong Ayer, buka saja link yang sudah kubagi di awal bagian ini. Hahahaha.

Fakta ketiga belas.
Pendidikan. Temanku yang mahasiswa Universiti Brunei Darussalam (UBD) pernah bilang kalau mereka hanya diminta bayar sekitar lima ratus ribu rupiah kalau dikurs-kan. Luarrr biasa. Belum lagi, mereka masih dapet uang saku! Saking kayanya Sultan Brunei, sampai dibagi-bagikan begitu! Wedyaaaaaaan. Dan kalian tahu uang saku itu diapakan sama teman-temanku di sana? Buat beli gadget, hang out, dan seneng-seneng. *ngecesssss segalon*

Fakta keempat belas.
Penyebrang jalan. Waktu nyebrang jalan di Brunei, sempet was-was, tapi ternyata peraturan nyebrang jalannya ndak seketat Singgapur. Yang bikin aku takjub adalah waktu aku nyebrang, ada mobil yang lagi melintas ke arahku. Aku ragu-ragu mau nerusin jalan atau enggak. Lalu temanku bilang gini, "Udah jalan aja. Mobil-mobil itu bakal berhenti kok untuk kita". Saya nggak percaya. Tapi ternyata bener lho. Mobilnya berhenti beneran dan ngasih kesempatan buat kami nyebrang jalan. Ternyata memang aturannya gitu di Brunei: kendaraan harus ngalah sama penyebrang jalan. Kalau ngelanggar, SIM-nya bisa dicabut! Wuooooh! Makanya aku suka waktu aku di Brunei, nyebrang jalan jadi kayak raja. Hahahaha. Tapi sampai Jogja..... gitu deh :|

Fakta kelima belas.
Hari Jumat. Ada apa dengan hari Jumat? Iya, jadi hari Jumat itu buat orang Brunei 'spesial'. Aku cukup kaget waktu jam sebelasan pagi gitu ya mau cari makan. Rencananya mau pakai mobil hotel. Bilang dong kami sama resepsionis hotel. Eh, diketawain. Mereka bilang gini, "Seluruh kedai tu bercuti berkenaan dengan sholat Jumaat dari masa 11 hingga 2. Tak ada aktiviti" ("Semua toko itu tutup karena sholat Jumat, dari pukul 11 sampai pukul 2. Nggak ada aktivitas"). Jadi ya bisa dibayangkan kami sekeluarga cengok di hari Jumat itu dari jam 11 sampai jam dua siang. Hahahaha.

Fakta keenam belas.
Toko/kedai. Mereka nyebut toko itu 'kedai'. Bagi kita yang dimanjakan dengan jam buka toko yang awal banget dan tutup malem banget atau yang sudah terbiasa dengan convenience store 24 jam, bersabarlah ketika di Brunei. Di sana, waktu aku ke sana, ndak ada itu Seven Eleven atau semacamnya yang buka sampai 24 jam. Semua toko di sana ya buka serentak jam 9 pagi dan tutup jam 8-9 malam. Bahkan ada yang tutup pas Magrib. Soalnya, begitu masuk Magrib, kota jadi mendadak sepi di sana. Hahahaha. 

Sebenernya mau nerusin sampai fakta keseratus sih. Tapi udah kehabisan ide dan capek ngetik. Hahahaha. Yang penasaran sama Brunei sila bertandang ke sana jika ada waktu dan rezeki. Karena negara itu sangat cantik dan homy banget. Semoga bisa jadi referensi alternatif liburan buat kalian. Dan semoga saja yang sudah baca ini, nggak ada lagi yang bilang, "Aku nggak ngerti Brunei sama sekali. Nggak ada bayangan". Brunei itu menarik lho. Coba kalian lihat dari sudut pandang lain deh. Jangan cuma melulu soal belanja. Di sana, kalian akan menemukan harta karun terpendam dari sebuah kerajaan yang sangat kaya raja bak negeri dongeng. Percaya, deh. 

Sumber:
http://www.pmo.gov.bn/Pages/AboutBrunei.aspx
http://en.wikipedia.org/wiki/Brunei
en.wikipedia.org/wiki/Singapore
www.imdb.com/title/tt2829176/
http://girltalkhq.com/first-feature-film-from-brunei-yasmine-was-directed-by-a-woman/
http://www.thejakartaglobe.com/features/bruneis-first-feature-film-calls-on-indonesian-stars/
http://www.youtube.com/watch?v=0eqE8aW2ndU

ja ne...

Sabtu, 17 Mei 2014

Ini Bukan Dunia Guweh, Deh

Hai.

Baruuuu aja kemarin ini ada pemilihan duta wisata di Sleman. Ada beberapa orang yang saya kenal yang ikut di dalamnya. Yaa, mereka emang kece, sih. Dan entah kenapa, kali ini saya jadi tertarik menulis tentang duta-dutaan atau kontes-kontes semacamnya. Entah itu duta wisata, duta budaya, duta *ehem* bahasa *ehem*, duta mahasiswa, duta museum (serius! ada! Nggak percaya? Tanya teman saya sana), Duta Sheila On 7, Duta Minang…. Oke, yang dua terakhir ini agak ngaco, abaikan saja. Pokoknya yang ada embel-embelnya “Duta…” atau “Ambassador…” atau “Miss…” atau “Putra Putri…”.
Saya nggak memungkiri, sih kalau saya juga pernah kepeleset di dalamnya *macak ayu* (mau menulis ‘terjerumus’, takutnya konotasinya negatif. Jadi pakai istilah ‘kepeleset’ aja). Dan saya jadi kadang agak malu-malu dan berat mengakuinya *halah*.  

Karena ini mau nggak mau menyangkut saya juga, saya pingin cerita sedikit soal saya yang kepeleset di dunia per-duta-an itu.

Well, tahun lalu, entah salju sedang turun sangat banyak atau angin yang terlalu kencang berhembus (?), saya ikut suatu kontes: pemilihan Duta….Bahasa. Ajaibnya, saya masuk lima besar. Ketawa dulu, yuk. Ha-ha-ha-ha.  

Teman-teman saya kaget.

Keluarga saya kaget.

Orang tua saya kaget.

Saya, nyaris semaput.

Dan bagi saya (dan orang-orang yang mengenal saya dengan baik), ini nggak Fia banget. Dengan segala keabsurdan yang ada di dalam diri saya, ada kesan ‘nggak mungkin’ saya ikut kontes semacam ini: didandani dengan pakaian Jawa, menjawab pertanyaan juri, dan blablablablabla.

Terima saja, ini sudah takdir dan rezeki. Hehehehe.

Dan saya ikut kontes itu pun ada campur tangan sahabat saya yang sudah malang melintang di dunia per-duta-an. Saya dapat segala info, dinamika dunia per-duta-an juga dari dia. Dari situ, saya tertarik. Untuk ‘melihat’ kehidupan yang berwarna-warni nan terang benderang di dunia itu dan tentu saja, bukan untuk terjun di dalamnya.

Saya sadar (diri), di samping ukuran tubuh saya yang minim (tinggi badan ya yang minim, bukan berat badan. Puhlis ya. Hahaha), kontes semacam ini dan kehidupan di dalamnya, pokoknya semuanya, itu bukan dunia saya. Setiap orang, menurut saya, punya sesuatu yang ketika terjun ke dalamnya atau masuk ke dalamnya, merasa “Ini dunia gueeeee….”. Misalnya, gampangnya gini, saya belajar bahasa Jepang karena saya suka bahasa Jepang. Lalu, ketika mahasiswa, saya sering ditawari ngajar bahasa Jepang. Nah, dari situ saya mulai suka ngajar, membagi pengetahuan yang saya punya dengan orang lain. Dan saya pun akhirnya mulai menemukan ‘dunia gue’ di bidang pengajaran bahasa Jepang.

Paham, nggak?

Ya udah, kalau nggak paham nggak papa. Saya juga bingung neranginnya. Hahaha. Pokoknya gitu deh: dunia per-duta-an itu bukan dunia saya, meski saya juga bersyukur dapat teman yang asik nan absurd di kontes duta bahasa itu. Yaa, sebenarnya juga bukan dari faktor orang-orang yang ada di dalamnya. Saya nggak masalah dengan mereka yang hobi ikut kontes seperti itu. Saya salut malah. Mereka hebat. Berpengetahuan luas dan berpenampilan menarik. Udah ganteng-ganteng, cantik-cantik, pintar pula.
Hanya saja, jangan berharap saya ikut kontes semacam itu lagi. Saya nggak ketagihan ikut kontes semacam itu, nggak seperti yang lainnya, habis ikut Pemilihan Duta A, terus ikut ke Pemilihan Putra Putri B, eh nggak lama habis itu dia loncat ke Pemilihan Miss/Mister C.

Sekali lagi, yang seperti itu bukan ‘dunia gue’.

Agak sedikit (?) susah memang menjelaskan tentang ‘dunia gue’ tadi. Jadi ya akhirnya ngambang gini. Nggak ada klimaks dan penyelesaiannya. Tapi kalau kalian mengenal saya, saya yakin kalian bakal paham dengan maksud saya. Ya kan? Hahaha.


ja ne...

Jumat, 25 April 2014

Tentang AcEPT UGM

Hai.... Lamo tak jumpo yo kito... Hahahahaha... Saya menghilang dari peradaban karena sedang sibuk bersemangat (?) merajut kembali untaian masa depan saya yang sempat..... *ah sudahlah* :p. Hahahaha. Jadi gini, teman-teman. Beberapa hari yang lalu (16/4) saya ikut AcEPT untuk pertama kalinya. Dan saya ingin membaginya di sini, sapa tahu bermanfaat buat kalian *uhuk*.

Perhatian: Di sini saya cuma menjelaskan tentang AcEPT ya, kalau ada teman-teman yang nyasar ke sini dikiranya saya membagi tautan atau link untuk mengunduh soal latihan soal, maaf ya, di sini ndak ada. Hehe. Tapi monggo lho, kalau mau dibaca, saya malah seneng ^^. 


Apa itu AcEPT? Seberapa penting buat kehidupan kita *halah*?

AcEPT (bukan ASEP ya, plis deh. Hahaha) itu adalah Academic English Proficiency Test. Yap, tes kemampuan bahasa Inggris semacam TOEFL, UGM punya, tapi lebih memfokuskan pada kemampuan bahasa Inggris untuk akademik. Tes ini biasanya dipakai untuk persyaratan pendaftaran S2 dan S3 di UGM (meski TOEFL juga berlaku, sih). Kalau teman-teman ingin meneruskan studi S2 dan S3 di UGM, AcEPT ini penting, yuuuk. (info pendaftaran S2/S3 UGM, boleh klik di sini)

Terus, soal-soalnya sama nggak dengan TOEFL?

Beda, Beda banget, sumprit *lebay*. Serius, deh. Ini ya supaya nggak kaget-kaget banget pas hari tes ("kok soalnya begindang modelnya?"), mending temen-temen iseng-iseng cari latihan soal di internet. Lumayan supaya temen-temen ada bayangan soal-soalnya seperti apa. Tapi karena temen-temen yang awalnya niat cari soal latihan AcEPT di sini tapi nggak nemu dan udah terlanjur nge-klik (hehe. Maaf ya) dan udah terlanjur baca sampek di sini, saya akan menguraikan (?) section-section yang ada di AcEPT kok.

1. Listening (20 soal)
2. Vocabulary (30 soal)
3. Grammar and Structure (40 soal)
4. Reading (40 soal)
5. Composing Skills (40 soal)

Pengalaman saya ikut AcEPT kemarin, saya cukup kaget dengan bagian Listening. Karena sudah terbiasa dengan suara "jernih" Listening milik TOEFL, saya jadi agak terganggu dengan bagian Listening di AcEPT yang agak "kemresek". Tapi untungnya ndak masalah. Gitu, sih.


Kalau score-nya gimana? Sama nggak dengan TOEFL? Lalu, berapa skor minimal untuk daftar S2/S3?

Set, dah. Ini tanya atau tanya? Hahahaha. Baiklah, score TOEFL dengan AcEPT itu beda, kawan-kawan! Sekali lagi, BEDA! Menurut DAA UGM, skor tertinggi untuk AcEPT adalah 426. Terus, minimal buat bisa daftar S2 di UGM itu harus punya skor 209, kalau S3 skor minimalnya 268. Bingung? Nih, saya uraikan lagi ya.

Nilai terendah AcEPT: 0 (setara skor TOEFL 217)
Nilai batas lulus S2: 209 (setara skor TOEFL 450)
Nilai batas lulus S3: 268 (setara skor TOEFL 500)
Nilai tertinggi: 426 (setara skor TOEFL 677)

TAPIIIII

Menurut data yang sudah saya himpun (halah), ada banyak orang yang nilai TOEFL-nya 450, tetapi belum bisa mencapai skor 209 untuk AcEPT dan orang yang nilai TOEFL-nya 500 belum tentu bisa dapet skor AcEPT 268. Soalnya, faktanya, supaya bisa dapet nilai AcEPT 209, diperlukan kemampuan setara skor TOEFL 500 dan kalau mau dapet nilai AcEPT 268, harus punya kemampuan setara skor TOEFL 550. Beneran, deh. Awalnya saya pikir ini cuma nakut-nakutin, tapi ternyata bener. Gitu -_-"

Nah, buat dapet nilai 209 itu minimal harus benar 84 soal dan buat dapet nilai 268 itu minimal harus benar 108 soal. Berjuanglah!


Oke deh. Pendaftarannya gimana? Bayarnya ke siapa? Berapa ya? Tesnya di mana? Tahu jadwal tes dari mana?

Sebenernya, semua info udah tersedia di situs Pusat Pelatihan Bahasa (PPB) UGM di ppb.ugm.ac.id. Tapi, mungkin di sini saya bisa membantu tahapan-tahapan pendaftarannya. Hehehe. Kuota setiap periode tes itu untuk 400 orang (200 orang di sesi 1, 200 orang di sesi 2). Dan tesnya ya, biasanya di.... PPB UGM (buka Google Maps ya kalau nggak tahu tempatnya. Hehe)

1. Bayar dulu ya di Bank BNI 46 terdekat. Nggak usah isi form macem-macem, langsung samperin mbak-mbak di teller dan bilang, "Mbaaaaaaaaak, mau daftar AcEPT UGM", jangan lupa pakai senyum manis ya (halah). Habis itu, jangan lupa ya serahkan uang Rp125.000,00 ke mbaknya. Kalau udah, nanti kita dapet slip pembayaran. Jangan sampe ilang karena di situ ada username dan password yang berguna buat login sewaktu mendaftar nanti.

2. Nah, kalau sudah membayar dan slip pembayaran di tangan, daftar deh (jadwal pendaftaran dan jadwal tes semuanya ada di situs PPB itu. Saya ndak hapal. Hehe) di acept.ugm.ac.id. Pakai username dan password dari slip pembayaran itu buat login.

3. Isi data diri selengkap-lengkapnya ya. Kalau sudah, langsung print/cetak kartu peserta dan album panitia. Dikopi yang banyak, kalau perlu.

4. Kasih pas foto kita yang paling kece: 4x6. Tanda tangani juga kartunya. Sudah, deh.


Perlu bawa yang lain-lain lagi nggak pas tes?

Perlu lah. Bawa diri (ya iyalah), bawa kartu identitas, alat tulis (modal sendiri ya, jangan cuma modal pinjem. hehe). Biasanya, nanti pas hari tes, akan ada banyak orang di halaman PPB UGM yang nawarin alat tulis dan alas buat tes. Ya, terserah sih kalau mau beli, tapi saya ndak. hahahaha. Dan jangan lupa, catet kalau perlu: harus sudah ada di TKP 30 menit sebelum ujian dimulai. Gitu. Terus, jangan lupa berdoa, semoga dilancarkan semuanya :)).


Pengumumannya biasanya kapan?

Biasanya delapan hari setelah tes, seminggu lebih sehari. Hasilnya bisa dilihat di website PPB UGM dengan memasukkan tanggal lahir dan nama kita. Untuk score report-nya bisa diambil sehari setelah diumumkan di website. Hehehehe.


Oke, makasih ya.

Iya, sama-sama :))) *apa sih*


Jadi, itulah AcEPT. Temen-temen yang sudah punya TOEFL minimal 450, bisa bernapas lega karena TOEFL juga laku buat daftar S2 UGM atau TOEFL minimal 500 buat yang ingin daftar S3. Tapi ya itu, kalau saya sih amannya, mending ikut AcEPT saja. Terutama buat yang tertantang rasanya ngerjain soal ujian kemampuan bahasa Inggris yang beda dengan TOEFL. Hehehehehe. Oke, segitu aja ya. Sekali lagi, maaf ya, saya nggak menyediakan latihan-latihan soal AcEPT. Hehehehehe.

Website PPB: ppb.ugm.ac.id
Website AcEPT: acept.ugm.ac.id
Website UM UGM: um.ugm.ac.id

ja ne...

Kamis, 30 Januari 2014

Akhirnya ya....

Mau tau? Apa yang membuatku merasa senang, girang, dan bahagia sama seperti ketika pengumuman aku lulus UTUL UGM beberapa tahun lalu?
Ini dia.....



Alhamdulillah.... Akhirnya setelah berjuang empat kali. Hahahahaha. Beklah, setelah ini.... N1! Tapi.... entahlah kapan mau ikut. Hahahaha

ja ne...

Senin, 20 Januari 2014

Muzium Diraja: Alternatif Tempat Wisata Baru di Kuala Lumpur

Halo.
Kata orang, tak lengkap rasanya bila ke Kuala Lumpur tak pergi ke Menara Petronas dan Menara Kuala Lumpur. Katanya sih begitu. Tapi bagi yang sering ke Kuala Lumpur dan sudah bosan dengan dua tempat itu, gimana ya? Tsaaaaaaaah.....

Beklaaaah. Dengan senang hati, saya perkenalkan:

MUZIUM DIRAJA

Gerbang Muzium Diraja. Udah kece aja ya >_<
Muzium Diraja tampak depan. Cuma setengah aja nih. Hahaha

Foto sama Mas-mas yang pakai baju adat >_<



 "Fi, kenapa fotonya cuma di luar aja? Yang di dalem mana?"
Pertanyaan bagus, sodara-sodara. Sama orang-orang sana, kami nggak boleh poto-poto yang di dalem >_<!

Jadi gini, Muzium Diraja ini memang baru. Baru dibuka Februari 2013 yang lalu. Luasnya sekitar... ya.... 'cuma' 11,34 hektar kok. Cuma selisih dikitlah sama luas rumah saya (haiyah). Hahaha. Dan sebelumnya, tempat ini adalah......... istana! Ya, istana! Istana tempat tinggal resmi Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong dan Seri Paduka Baginda Raja Permaisuri Agong. Jadi, yang saya liat di dalem itu ya..... perabotan-perabotan dan ruangan-ruangan nan super-ultra-wonderful-delicious-kece milik raja dan permaisurinya. Lantainya aja dikasih karpet tebel kece. Enak. Bisa buat main cublak-cublak suweng (-_-"). Toilet --ah bukan-- kamar mandi raja dan permaisuri aja dipisah dan oh my gawd, itu adalah kamar mandi terkece yang pernah saya lihat di dunia ini! Hahahahaha.

Dan seperti istana-istana pada umumnya, ada banyaaaaaaak ruangan di istana ini. Ada sekitar dua puluh ruangan! Ya, dua puluh. Dan itu ruangan semua! Oke, krik krik garing. Ada kamar tidur anggota kerajaan, ada ruangan tempat singgasana raja, ada ruang makan yang entah ada berapa, ada tempat khusus raja kalau lagi kepingin sendirian (serius. ada). Ada ruang tunggu tamu yang juga entah ada berapa. Ada ruang kerja raja dan permaisuri (dipisah! sendiri-sendiri!).  Entahlah, apa dulu para penghuninya nggak capek ya kalau mau nyari si A atau si B? *okeh lupakan*
Jadi, buat yang bawa anak kecil ke sana, tolong dijagain ya. Nanti ilang. Soalnya luaaaaaaas banget tempatnya. Dan percayalah, kawan. Nggak nyesel ke sana. Apalagi dengan tiket RM 5 (untuk orang Malaysia asli) --sekitar Rp15.000 (asumsikan RM 1 = Rp3.000)-- dan RM 10 (untuk turis asing) --sekitar Rp30.000 (dengan asumsi kurs mata uang yang sama)--, cucok lah dan sekali lagi, nggak nyesel. Hahahahaha.

Cuman ya itu, kalau nyari toilet. Kita harus jalaaaaaaaaan keluaaaaar dari gedung istananya, terus belok kiriiiiiii ke arah hall, terus masuk hall (yang kece beud), jalaaaaaaan lagi, ada tangga, turun tangggaaaaa, teruuuuus jalaaaaaan, nah baru sampe toilet deh (-_-").
Oh iya, lupa, di Hall-nya itu pas saya ke sana, lagi ada Pameran Majlis Raja-Raja yang isinya, emm... semacam undang-undang kerajaan, surat-suratan penting, dan alat-alat yang dipakai untuk majelis-majelis kerajaan. Dan boleh foto-foto di sana. Dan tiket yang dibeli di depan itu sudah terusan ke pamerannya itu, jadi nggak usah bayar lagi. Hahaha.

ja ne...

Selasa, 14 Januari 2014

Duapuluhtiga Itu Hanya Tujuhbelas Ditambah Enam

Jadi, sebelum hari ini, Senin, 13 Januari 2014 berakhir, saya mau nulis sesuatu ah di sini.

Ceritanya, hari ini saya dikasih bonus super-ultra-delicious-wonderful oleh Allah untuk merasakan indahnya usia duapuluhtiga (sengaja disambung, haha). Yuk sama-sama bilang: ALHAMDULILLAH!

Eniwei, saya nggak mau bergalau-galau di sini dengan menulis "Iya, sudah duapuluhtiga, tapi apa yang sudah gue dapet dan gue raih?". Enggak. Refleksi menye-menye itu sudah saya lakukan di akhir tahun kemarin. Sudah basi. Kenapa tidak begini aja: "Gue masih duapuluhtiga, apa yang bisa gue lakukan yang tentunya bisa berguna bagi diri sendiri, keluarga, nusa, dan bangsa?". Kelihatan lebih enak, optimis, dan bersemangat. Hahaha.

 Pendek saja, tak ada yang lebih menyenangkan daripada melewatkan hari ulang tahunmu bersama orang-orang yang paling kau cintai di dunia ini: keluarga dan sahabat. Mereka adalah kekuatan saya selama ini. Pilar-pilar mahakokoh yang menopang kehidupan saya. Tak ada mereka, habislah saya.

Terima kasih ya. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih :D:D:D:D
 

ja ne...