Sabtu, 15 Oktober 2011

留学したい!

Satu hal lagi yang membuatku sensitif untuk ditanyakan (dan dikomentarin) selain "Kok kamu gendutan sih?", "Kapan lulus?", dan "Kapan nikah?" adalah:

"Kapan ke Jepang?"

Waktu awal-awal kuliah, aku biasa aja kalau ditanyain begitu. Bahkan cenderung seneng. Seneng karena setidaknya ada yang memperhatikanku kalau aku kuliah di Sastra Jepang (-_-") dan ada yang memotivasiku untuk bisa ke Jepang (entah itu beasiswa atau cuma plesir). Tapi sejak masuk ke tahun ketiga aku kuliah, entah kenapa pertanyaan kayak gitu malah bikin aku sensi. Seakan-akan orang yang bertanya (dan berkomentar) semacam itu mikir gini,"Ih iki bocah jarene kuliah boso Jepang tapi durung tau nang Jepang".

Hmm mungkin mereka nggak tau gimana lika liku prosedur tetek bengek untuk bisa dapetin beasiswa ke sana. Mungkin. Atau hanya sekedar basa basi karena tiap ditanya "Kuliah di mana?", aku jawabnya "Di Sastra Jepang".

Dan u know what? Aku nyesel. Beneran. Nyesel bukan karena aku kuliah di sana atau aku nggak dapet-dapet beasiswa ke sana. Tapi karena selama beberapa tahun ini pikiranku hanya dipenuhi gimana caranya bisa dapet beasiswa ke Jepang. Jepang, Jepang, Jepang, Jepang, dan Jepang! Nggak ada yang lain! Dosen-dosenku selalu mengarahkan supaya kami bisa ke Jepang. Jurusanku Sastra Jepang. Aku belajar bahasa Jepang. Teman-temanku hampir semua ingin ke Jepang. Aku punya banyak teman Jepang. Jadi ya gitu-gitu aja mind setku: Jepang!

Tapi, sejak beberapa temanku ada yang mendaftar beasiswa exchange ke Amerika, ada yang dapet beasiswa di Korea, dan bahkan ada yang bisa ke Italia, mind setku mendadak berubah: aku nggak harus ke Jepang! Ada banyaaaaaaaaaaak beasiswa exchange ke negara lain. Aku nggak harus ke Jepang. Dan akhirnya, aku ikut banyak milis beasiswa. Selalu update beasiswa ke sana dan ke mari. Tapi tetep sih fokusku nyari beasiswa ke Jepang. Walaupun begitu, ya itu tadi. Aku nyesel. Kenapa nggak dari awal kuliah aku kayak gini. Aku terlalu fokus di satu titik, tapi ternyata ada ribuan titik lain yang sebenarnya juga kasih kesempatan yang sama. Aku memang belajar bahasa Jepang, tapi kan nggak menutup kemungkinan juga aku ngambil beasiswa ke Korea, ke Thailand, atau ke negara mana saja.

Jika dibilang aku iri dengan teman-teman seangkatanku yang sudah pernah, sedang, atau akan pergi ke Jepang, jelas aku iri. Dibilang sensi, jelas aku sensi. Karena biasanya, teman-temanku yang pernah dan akan ke Jepang itu akan dipandang 'prestisius' oleh dosen-dosenku. Ya iyalah. Apalagi kalau lagi chattingan sama sensei atau temanku yang lagi di Jepang. Mereka pasti akan bilang: "Kapan kamu nyusul ke sini?". Mak jleb. Nah, kalau mereka-mereka yang sudah pernah di Jepang ini sedang masuk di kelas junior dan dosen menanyai segala sesuatu yang berhubungan dengan pengalaman mereka di Jepang, mereka akan dipandang dengan tatapan-tatapan kagum oleh adik-adik kelas. Dan jauh di dalam hati dosen yang bertanya tersebut, pasti ada perasaan gini: "Nih temen kalian yang sudah pernah di Jepang. Contohlah mereka".

Kalau sudah begitu, nggak ada cara lain selain belajar dan aktif nyari-nyari beasiswa.
Aku bukannya hopeless karena nggak dapet-dapet beasiswa ke Jepang lho. Aku masih pengen ke Jepang. Tapi sekarang jalan pikiranku berubah. Aku juga mau belajar di negara lain.


Untuk sahabatku yang akan ke Osaka minggu ini. Good luck, dear. I'm so proud of you. You did it! :)

ja ne...

Minggu, 09 Oktober 2011

Kamis, 06 Oktober 2011

ASHGRAY

Hai, people. Long time no see.
Postingan berikut ini agak ngacau dan jalan ceritanya sedikit agak ngawur (ngikutin Parto OVJ). Jadi mending kalau kalian sudah terlanjur membaca ini, saya doakan semoga lancar rezekinya *halah*.

Selama beberapa waktu ini, saya ngendon (maunya sih) nerusin ngerjain skripsi (oh well, ibu saya tercinta dan dosen pembimbing saya sudah kompakan nyindir-nyindir saya) dan (sok) belajar untuk ujian kemampuan bahasa Jepang. Oh well, dan beberapa tugas kuliah yang saya rasa terlalu berat untuk mahasiswa angkatan tua seperti saya. Hahaha. Semuanya itu berhasil membuat saya merasa malas untuk diajak main-main ke luar. Jadi, saya melewatkan begitu saja traktiran karaoke dari junior saya dan ajakan nonton film yang sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Hmm.. Dan alhasil, gara-gara semuanya saya tolak, saya kena getahnya: ngidam karaoke tapi gak jadi-jadi :(.

Oh ya, selama saya bermeditasi terkungkung dari dunia luar *halah*, saya menemukan sebuah oase baru bak fatamorgana di padang pasir. Hahaha. Kedengarannya jahat, tapi saya sudah terlalu lama mendengarkan playlist yang lagu-lagunya pop dan udah sedikit jenuh. Dan oase ini nggak sengaja saya temukan di Twitter.

Namanya Ashgray.
(lagi, lagi, dan lagi) Band asal Korea. Kata teman saya sih Ashgray ini semi-indie. Personilnya kalau nggak salah tiga orang. Cukup susah cari info tentang Ashgray di internet. Tapi, musiknya, jangan ditanya. KEREEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEN GILAAAAAAAAAAAAAK! Saya udah lama nggak dengerin musik kayak gini pasca vakumnya Laruku, jadi saya sueneng tenan ada band super keren namanya Ashgray. Apalagi sama lagu mereka yang "Fade in Out" dan "Anxious".

Coba cari lagunya, dengarkan, dan kalau suka, kasih tau saya. Hahaha *eh siapa guweh?*


ja ne...